Selasa, 25 Mei 2010

PERMAINAN MATEMATIKA UNTUK ANAK SD

A. Belajar Berhitung, Mengurang, Mengali, dan Membagi dengan Mencari Pasangan Kartu

Banyak anak yang bosan dengan penyajian bahan pelajaran dengan hanya mendengarkan guru menerangkan di depan kelas, terutama sekali anak SD. Pada tingkat sekolah dasar kecendrungan anak adalah bermain. Oleh sebab itu kita sebagai guru harus bisa membuat inovasi dalam system pembelajaran yang kita lakukan. Apa yang kami buat sebenarnya hanya sebuah pengembangan dari apa yang kami telah ketahui dan kami pelajari selama ini. Permainan ini bukan sebuah inovasi baru, tetapi hanya sebuah pengembangan.

Permainan ini sangat sederhana dan dibuat dengan bahan yang sederhana pula. Berikut akan di uraikan alat dan bahan serta cara membuat dan atuaran permainannya :

  1. Alat dan Bahan

a) Kertas Karton

b) Pensil

c) Spidol warna

d) Gunting

  1. Cara Membuat

a) Buat pola pada kertas karton dengan menggunakan pensil sesuai dengan kreasi masing-masing. Lebih menarik lebih baik.

b) Kemudian gunting kertas karton sesuai dengan pola yang telah di buat.

c) Warnai dengan spidol warna dan buat soal penambahan, pengurangan, perkalian dan pembagian pada kertas karton yang telah berpola tadi.

d) Hasil pada soalan yang dibuat harus memiliki hanya satu pasangan pada oprasi yang berbeda. Misal soal penjumlahan 3+4 hanya memiliki terdapat satu pasangannya pada oprasi pengurangan missal hasil yang serupa 10-3.

  1. Aturan Permainan.

a) Masing-masing anak diberikan satu seet kartu yang telah memiliki pasangannya, kemudian kartu tersebut kita acak dan berikan waktu kepadanya untuk menjodohkan kartu yang telah kita acak tadi.

Cukup sederhana bukan, sebagai catatan buatlah pola semenarik mungkin dan warnailah dengan seindah mungkin agar anak-anak tertarik. Perlu diperhatikan soalan yang dibuat sesuai dengan bahan pengajaran di buku dan tingkat pemahaman siswa, banyaknya soalan tergantung kepada jumlah murid yang ada dan keinginan guru untuk menyampaikan materi yang ada. Waktu permainan tergantung waktu yang tersedia.

FUNGSI MEDIA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

A.PENGERTIAN MEDIA

Kata media berasal dari bahasa latin MEDIUS yang secara harfiah”tengah”,”perantara”,atau “pengantar”.Dalam bahasa arab,media adalah perantara [ ] atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.Gerlach & Eli (1971) mengatakan bahwa media apabila di pahami secara garis besar adalah manusia,materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan,keterampilan,atau sikap.

Menurut AECT (Association of Education and Communication Technology,1977) memberi batasan tentang media sebagai segala bentuk dan saluran yang di gunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi.Di samping sebagai system penyampai atau pengantar,media juga di sebut dengan mediator.Dengan istilah mediator media menunjukan funsi atau peran nya,yaitu mengatur hubungan yang efektif antara dua pihak utama dalam proses belajar – siswa dan isi pelajaran.Ringkas nya,media adalah alat yang menyampaikan atau mengantarkan pesan- pesan pengajaran.

Apabila media itu membawa pesan- pesan atau informasi tang bertujuan instruksional mengandung maksud – maksud pengajaran maka media itu di sebut media pengajaran.Jadi media secara umum adalah untuk memotivasi dan meransang kepada siswa supaya mengerti apa yang di sampaikan.Dengan kata lain,media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat meransang siswa untuk belajar.

Istilah “media” bahkan sering di kaitkan atau di pergantikan dengan kata “teknologi” yang berasal dari kata latin tekne (bahasa inggris art) dan logos (bahasa Indonesia “ilmu”).

Menurut Webster (1983:105),”art” adalah keterampilan (skill) yang di peroleh lewat pengalaman,studi dan observasi.Dengan demikian, teknologi tidak lebih dari suatu ilmu yang membahas tentang keterampilan yang di peroleh lewat pengalaman,studi dan observasi.Bila di hubungkan dengan pendidikan dan pengajaran, maka teknologi mempunyai pengertian sbb:

Perluasan konsep tentang media, dimana teknologi bukan sekadar benda,alat, bahan atau perakas, tetapi tersimpul pula sikap,perbuatan, organisasi dan manajemen yang berhungan dengan penerapan ilmu. Dalam kegiatan belajar mengajar, pemakaian kata media pengajaran di gantikan dengan istilah- istilah seperti alat pandang-dengar,bahan pengajaran (instructional material),komunikasi pandang- dengar(audio- visual communication),pendidikan alat peraga pandang(visual education),teknologi pendidikan(educational technology),alat peraga dan media penjelas.

Berdasarkan uraian beberapa batasan tentang media di atas,berikut di kemukakan cirri-ciri umum yang terkandung pada setiap batasan itu:

1. Media pendidikan memiliki pengertian fisik yang dewasaini di kenal sebagai hardware( perangkat keras),yaitu suatu benda yang dapat di lihat, di dengar atau diraba dengan pancaindra.

2. Media pendidikan memiliki pengertian non- fisik yang dikenal sebagai software(perangkat lunak),yaitu kandungan pesan yang terdapat dalam perangkat keras yang merupakan isi yang ingindisampaikan kepada siswa.

3. Penekanan media pendidikan terdapat pada visual dan audio.

4. Media pendidikan memiliki pengertian alat bantu pada proses belajar baik di dalam maupun didalam kelas.

5. Media pendidikan di gunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi guru dan siswa dalam proses pembelajaran.

6. Media pendidikan dapat digunakan secara massa (misalnya: radio, televisi),kelompok besar dan kelompok kecil (misalnya: film,slide, video, OHP),atau perorangan ( misalnya: modul, computer, radio tape/kaset, video recorder).

7. Sikap, perbuatan,organisasi, strategi, dan manajemen yang berhungan dengan penerapan suatu ilmu.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa media adalah bagian yang tidak terpisahkan dari proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan pembelajaran disekolah pada khususnya.

B. LANDASAN TEORETIS PENGUNAAN MEDIA PENDIDIKAN

Menurut Bruner (1966:10-11) ada tiga tingkatan utama modus belajar, yaitu pengalaman langsung(enactive),pengalaman pictorial / gambar(iconic),dan pengalaman abstrak (symbolic).Pengalaman lansgung adalah mengerjakan,misalnya arti kata “simpul” dipahami dengan langsung membuat simpul. Pada tingkatn kedua yang diberi label iconic (artinya gambar atau image), kata “simpul” dipelajari dari gambar , lukisan, foto, atau film.Selanjutnya, pada tingkatan symbol , siswa membaca (atau mendengar) kata “simpul”dan mencoba mencocokkannya dengan “simpul” pada image mental atau mencocokkannya dengan pengalamannya membuat “simppul”.Ketiga tingkatan tersebut saling berinteraksi dalam upaya memperoleh “pengalaman “(pengetahuan, keterampilan, atau sikap) yang baru.

Salah satu gambaran yang paling banyak di jadikan acuan sebagai landasan teori pengunaan media dalam proses belajar adalah Dale’s Cone 0f Experience (kerucut pengalaman Dale) (Dale, 1969). Kerucut ini merupakan elaborasi yang rinci dari konsep tiga tingkatan pengalaman yang dikemukakan oleh Bruner. Hasil belajar seseorang diproleh mulai dari pengalaman langsung (kongkret ), kenyataan yang ada dilingkungan kehidupan seseorang kemudian melalui benda tiruan, sampai kepada lambang verbal (abstrak).semakin ke atas di puncak kerucut semakin abstrak media penyampai pesan itu.perlu di catat bahwa urut – urutan ini tidak berarti proses belajar dan interaksi mengajar belajar harus selalu dimulai dari pengalaman langsung, tetapi dimulai dengan jenis pengalaman yang paling sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan kelompok siswa yang dihadapi dengan mempertimbangkan situasi belajarnya.

Pengalaman langsung akan memberikan kesan paling utuh dan paling bermakna mengenai informasi dan gagasan yang terkandung dalam pengalaman itu oleh karena ia melibatkan indra penglihatan, pendengaran, perasaan, penciuman, dan peraba.

c. cirri-ciri media pendidikan

gerlach dan eli (1971) mengemukakan tiga cirri media yang merupakan petunjuk mengapa media digunakan dan apa-apa saja yang mendapat dilakukan oleh media yang mungkin guru tidak mampu(atau kurang efesien) dilakukannya

a. Ciri fiksatif (fixative property)

Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa atau obyek

Pemanfaatan Lingkungan se

bagai Sumber Belajar









Guru sebagai fasilitator dalam kegiatan belajar mengajar harus mampu memberikan kemudahan kepada peserta didik untuk mempelajari berbagai hal di sekitarnya. Seperti kita ketahui bahwa anak usia sekolah dasar memiliki rasa ingin tahu dan sikap antusias yang kuat terhadap segala sesuatu serta memliki sikap berpetualang serta minat yang kuat untuk mengobservasi lingkungan. Ia memiliki sikap petualang yang kuat. Pengenalan terhadap lingkungan di sekitarnya merupakan pengalaman yang positif untuk mengembangkan minat keilmuan yang dimilikinya.









Pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar perlu mempertimbangkan kesesuaian dengan tujuan dari pembelajaran itu sendiri. Sebagai makhluk hidup, anak selain berinteraksi dengan orang atau manusia lain juga berinteraksi dengan sejumlah makhluk hidup lainnya dan benda-benda mati. Makhluk hidup tersebut antara lain adalah berbagai tumbuhan dan hewan, sedangkan benda-benda mati antara lain udara, air, dan tanah. Manusia merupakan salah satu anggota di dalam lingkungan hidup yang berperan penting dalam kelangsungan jalinan hubungan yang terdapat dalam sistem tersebut.








Siswa-siswi MIM Karanganyar mengunjungi Polres Karanganyar. Jenis lingkungan sebagai sumber belajar yang kaya akan informasi bagi peserta didik yaitu lingkungan sosial

Lingkungan yang ada di sekitar anak merupakan salah satu sumber belajar yang dapat dioptimalkan untuk pencapaian proses dan hasil pendidikan yang berkualitas bagi peserta didik. Jumlah sumber belajar yang tersedia di lingkungan ini tidaklah terbatas, sekalipun pada umumnya tidak dirancang secara sengaja untuk kepentingan pendidikan. Sumber belajar lingkungan ini akan semakin memperkaya wawasan dan pengetahuan anak karena mereka belajar tidak terbatas oleh empat dinding kelas. Selain itu kebenarannya lebih akurat, sebab anak dapat mengalami secara langsung dan dapat mengoptimalkan potensi panca inderanya untuk berkomunikasi dengan lingkungan tersebut.

Penggunaan lingkungan memungkinkan terjadinya proses belajar yang lebih bermakna (meaningfull learning) sebab anak dihadapkan dengan keadaan dan situasi yang sebenarnya. Hal ini akan memenuhi prinsip kekonkritan dalam belajar sebagai salah satu prinsip pendidikan anak. Selain itu pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar akan mendorong pada penghayatan nilai-nilai atau aspek-aspek kehidupan yang ada di lingkungannya. Kesadaran akan pentingnya lingkungan dalam kehidupan juga bisa mulai ditanamkan pada anak sejak dini, sehingga setelah mereka dewasa kesadaran tersebut bisa tetap terpelihara. Pemanfaatan lingkungan dimungkinkan terwujudnya kegiatan belajar mengajar yang lebih menarik bagi anak sebab lingkungan menyediakan sumber belajar yang sangat beragam dan banyak pilihan.

Memberikan pertanyaan kepada anak-anak mendorong mereka untuk menjelaskan mengenai berbagai hal yang mereka alami dan mereka lihat

Penggunaan cara atau metode yang bervariasi ini merupakan tuntutan dan kebutuhan yang harus dipenuhi dalam pendidikan. Begitu banyaknya nilai dan manfaat yang dapat diraih dari lingkungan sebagai sumber belajar dalam kegiatan belajar mengajar, bahkan hampir semua tema kegiatan dapat dipelajari dari lingkungan. Namun demikian diperlukan adanya kreativitas dan jiwa inovatif dari para guru untuk dapat memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar. Lingkungan merupakan sumber belajar yang kaya dan menarik untuk anak-anak. Lingkungan mana pun bisa menjadi tempat yang menyenangkan bagi anak-anak. Jika pada saat belajar di kelas anak diperkenalkan oleh guru mengenai binatang, dengan memanfaatkan lingkungan anak akan dapat memperoleh pengalaman yang lebih banyak lagi. Dalam pemanfaatan lingkungan tersebut guru dapat membawa kegiatan-kegiatan yang biasanya dilakukan di dalam ruangan kelas ke alam terbuka dalam hal ini lingkungan. Namun jika guru menceritakan kisah tersebut di dalam ruangan kelas, nuansa yang terjadi di dalam kelas tidak akan sealamiah seperti halnya jika guru mengajak anak untuk memanfaatkan lingkungan.


Semua jenis lingkungan yang ada di sekitar anak dapat dimanfaatkan untuk mengoptimalkan kegiatan belajar mengajar sepanjang relevan dengan komptensi dasar

Memanfaatkan lingkungan sekitar dengan membawa anak-anak untuk mengamati lingkungan akan menambah keseimbangan dalam kegiatan belajar. Artinya belajar tidak hanya terjadi di ruangan kelas namun juga di luar ruangan kelas dalam hal ini lingkungan sebagai sumber belajar yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan fisik, keterampilan sosial, dan budaya, perkembangan emosional serta intelektual.

Lingkungan dapat memperkaya dan memperjelas bahan ajar yang dipelajari dan bisa dijadikan sebagai laboratorium belajar anak.

Lingkungan secara alami mendorong anak untuk berinteraksi dengan anak-anak yang lain bahkan dengan orang-orang dewasa. Pada saat anak mengamati objek-objek tertentu yang ada di lingkungan pasti dia ingin mencritakan hasil penemuannya dengan yang lain. Supaya penemuannya diketahui oleh teman-temnannya anak tersebut mencoba mendekati anak yang lain sehinga terjadilah proses interaksi/hubungan yang harmonis. Anak-anak dapat membangun keterampilan sosialnya ketika mereka membuat perjanjian dengan teman-temannya untuk bergantian dalam menggunakan alat-alat tertentu pada saat mereka memainkan objek-objek yang ada di lingkungan tertentu. Melalui kegiatan sepeti ini anak berteman dan saling menikmati suasana yang santai dan menyenangkan.
Lingkungan pada umumnya memberikan tantangan untuk dilalui oleh anak-anak. Pemanfaatannya akan memungkinkan anak untuk mengembangkan rasa percaya diri yang positif. Misalnya bila anak diajak ke sebuah taman yang terdapat beberapa pohon yang memungkinkan untuk mereka panjat. Dengan memanjat pohon tersebut anak mengembangkan aspek keberaniannya sebagai bagian dari pengembangan aspek emosinya. Rasa percaya diri yang dimiliki oleh anak terhadap dirinya sendiri dan orang lain dikembangkan melalui pengalaman hidup yang nyata. Lingkungan sendiri menyediakan fasilitas bagi anak untuk mendapatkan pengalaman hidup yang nyata.

Anak-anak belajar melalui interaksi langsung dengan benda-benda atau ide-ide. Lingkungan menawarkan kepada guru kesempatan untuk menguatkan kembali konsep-konsep seperti warna, angka, bentuk dan ukuran. Memanfaatkan lingkungan pada dasarnya adalah menjelaskan konsep-konsep tertentu secara alami. Konsep warna yang diketahui dan dipahami anak di dalam kelas tentunya akan semakin nyata apabila guru mengarahkan anak-anak untuk melihat konsep warna secara nyata yang ada pada lingkungan sekitar. Demikian beberapa hal yang berkaitan dengan dampak pemanfaatan lingkungan terhadap aspek-aspek perkembangan anak. Namun guru juga harus memiliki pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan dalam mengembangkan pembelajaran anak dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajarnya. (Diadaptasi dari berbagai sumber).